Under Water - Melawan PTSD by Marisa Reichardt


Judul : Under Water
Author : Marisa Reichardi 
Penerbit : Spring 
Halaman : 329 
Tahun : 2017
ISBN : 978-602-60443-4-1

Blurb ______________

Memaafkanmu akan membuatku bisa memaafkan diriku sendiri. 

Morgan tidak bisa keluar dari pintu deoan apartemennya, rumah yang dia tinggali bersama ibu dan adik laki-lakinya.Gadis itu merasa sedang berada di bawah air, tidak mampu bertemu dengan teman-temannya, tidak mampu ke sekolah. 

Saat Morgan kira dia tidak bisa menahan napasnya lebih lama lagi, seorang cowok pindah ke sebelah rumahnya. Evan mengingatkannya pada laut yang asin, dan semangat yang dia dapatkan dari berenang. Mungkin, Evan adalah bantuan yang dia butuhkan untuk terhubung kembali dengan dunia luar.... 

Story ______________

“Kau lebih berbeda di dalam dirimu ketimbang penampilanmu. Dan karena itulah kau bersikap begitu keras kepada diri sendiri.” Hlm. 67

Akibat kejadian mengerikan 15 oktober yang menelan banyka korban di sekolah Morgan. Berdampak trauma yang berkepanjangan menimpa Morgan membuat dia tak berani keluar dari apartemennya. Namun, bukan berarti dia menyerah dengan hidupnya. Karena Morgan memilih untuk berjuang mengobati traumanya tersebut. 

Brenda, seorang psikolog bersedia dengan tulus membantu Morgan melewati hari-harinya. Tak lelah memberikan pemahaman kepada Morgan untuk tetap mengontrol emosinya saat ada hal yang harus mengingatkannya pada kejadian 15 oktober tersebut. Beruntunglah ibunya selalu mendukung Morgan. Dan sang adik, Ben yang selalu berbagi cerita tentang kegiatan di sekolahnya. 

“... Tak ada gunanya hiudp hanya dengan mencemaskan mati. Ada perbedaan antara menyiapkan diri dan menjadi takut. Jangan pernah berhenti menikmati hidup hanya karena kau takut.” Hlm. 72

Lalu kehadiran Evan, membuat Morgan merindukan masa-masa saat dia masih menjadi atlet renang. Merindukan masa SMA sebelum kejadian 15 oktober. Berkat Evan, Morgan berani membuka pintu apartemennya. Berdiri di atas keset yang selama ini selalu membuatnya ketakutan. 

Namun, waktu sepertinya lebih memilih Morgan untuk tak mudah melewai masa traumaya itu. Membuat kesalahpahaman tercipta antara dirinya dan Evan. Belum masalah ayahnya yang tengah menderita PTSD. Semuanya seakan kembali ke titik nol. 

“...Jika kau menjauhi seseorang terus-menerus, pada akhirnya orang-orang akan pergi.” Hlm. 180

Review ______________

Awalnya aku kira ini novel fantasy. Maklumlah gak baca Blurbnya dulu karena sudah jatuh hati duluan dengan covernya. Walau tidak sesuai tebakan, aku tetap menikmati novel Perdana karya Marisa Reichardi ini. Aku jatuh cinta dengan novel yang mengangkat tema trauma akibat suatu kejadian mengerikan.

Dari alur mengalir, menceritakan bagaimana Morgan harus menderita akibat kejadian 15 Oktober, trauma yang sangat menekan dirinya. Lalu, pengobatan yang harus dijalani, dari Morgan yang tertutup, perlahan terbuka dengan suatu hal yang terjadi dibalik tragedi 15 Oktober tersebut. Kejadian yang membuatnya terus merasa bersalah terhadap dirinya sendiri. Sedangkan, untuk konfliknya menurutku tidak begitu berat karena memang traumanya sendiri akibat kejadian tersebut. Permasalahan yang menimpa ayahnya sebagai penambah konflik yang membuat kepercayaan diri Morgan untuk sembuh mengalami pasang surut.

Karakter tokoh, aku suka dengan Brenda. Dia psikolog yang benar-benar mendengarkan dulu apa yang dirasakan Morgan. Tidak memaksa Morgan bercerita jika memang belum siap. Ben, adik Morgan yang lucu dan menggemaskan juga menarik perhatianku. Usaha Morgan untuk melawan rasa takutnya patut diacungi jempol walau terkadang hatinya masih goyah. Dan Evan, tetangga yang juga memahami betul dengan apa yang terjadi dengan Morgan, namun Evan juga memiliki ketidaksukaan jika Morgan mengabaikannya.

Overall, aku suka dengan Underwater. Walau konfliknya agak monoton. Apalagi penyebab kejadian 15 Oktober itu bikin penasaran. Karena memang tidak langsung diceritakan. Gemes sendiri jadinya. Rekomen ya. Bisa jadi bahan pembelajaran juga apabila ada orang di dekat kita yang mengalami PTSD. Cobalah seperti Morgan yang memiliki keinginan untuk sembuh. Pokonya harus coba dulu, hasilnya gimana nanti.

“Bukan maksudku mengejekmu. Aku hanya mengatakan hal sama yang selalu kukatakan: Kau bukan satu-satunya. Kau tidak sendirian.” Hlm. 242

Untuk pesannya, Memaafkan adalah salah satu cara untuk meringankan beban. Dan, cobalah untuk keluar dari masa-masa sulit, berbicara dengan orang yang dapat mengerti kita. Jangan semakin terpuruk dengan keadaan, segalanya akan kembali Indah jika kita mau berusaha untuk keluar dari jerat ketakutan.


4* of  5*

No comments:

Post a Comment

Silahkan Tinggalkan Jejak di Bawah, ya!